Asal Mula Lahir dan Berkembangnya Kain Tenun Sogket Khas Melayu Riau

       Kain songket adalah salah satu kain Kebanggaan Masyarakat Riau, tenunan tradisional masyarakat melayu riau, yang mana kain songket ini ditenun langsung oleh para pengrajin kain songket yang berasal dari daerah Melayu Riau, kain songket memiliki ciri khas tersendiri baik itu corak motif yang didesain maupun warna yang dipilih, khusus daerah Riau pada umum nya warna dasar yang sangat khas adalah berwarna terang kilau keemasan yang dirajut dan dipadukan dengan warna perak merah hijau dan lain-lain.

Ciri khas yang lain pada kain songket melayu Riau ini adalah terlihat dari motif nya, yang mana motif yang banyak digunakan adalah motif berupa tumbuh-tumbuhan dan alam, diantaranya adalah siku keluang, motif pucuk rebung penuh,motif pucuk rebung bertabur, motif siku awan, motif siku tunggal dan banyak lagi motif-motif yang lain.


http://www.raja-wisata.com/tours/lombok-4d3n/

 Adapun perkembangan pertama dimulai dari daerah Siak
Pada masa kerajaan dulu kain songket ini dibuat dengan jumlah terbatas dan haya dikenakan oleh para bangsawan kerajaan terutama para sultan keluarga dan para pembesar kerajaan, kain songket khas melayu Riau dari Siak ini pertama kali dikenalkan oleh seorang pengrajin yang berasal dari kerajaan Terengganu Malaysia pada masa kerajaan Sultan Sayid Ali, yaitu Sitti Binti Wan Karim beliau adalah wanita yang cakap dan sangat terampil menenun kain songket, sengaja beliau didatangkan dari Malaysia untuk mengajarkan bagaimana menenun kain songket,

Sebelum menggunakan alat yang bernama Kik, mulanya pengrajin songket khas siak ini membuat kain songketnya menggunakan alat yang bernama dibuat menggunakan alat  tumpu, dan kemudian beralih menggunakan alat yang dinamakan "Kik" dan kain yang dihasilkan disebut kain tenun Siak, Kik alat yang digunakan untuk menenun kain, Alat ini terbuat dari bahan kayu sederhana yang hanya memiliki ukuran 1 x 2 meter sehingga kain tenun yang dihasilkan tidak besar, jika memerlukan kain dengan ukuran panjang harus disambung  atau biasa disebut kain berkampuh.

Seiring berjalannya waktu kain  tenun ini mengalami perkembangan yang pesat di tengah-tengah masyarakat pada masa itu, yang tadinya kain songket ini hanya dikenakan oleh para bangsawan kerajaan saja lama-lama banyak dikenakan oleh masyarakat umum, hingga diluar kerajaan lahirlah pengrajin-pengrajin yang mahir membuat kain tenun songket, hingga kain songket Siak ini menjadi terkenal hingga di luar Negeri Siak. Untuk membuat kain songket dengan memakai alat Kik ini membutuhkan waktu yang cukup lama, bisa mencapai 2-3 hari. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kain tenun songket ini yaitu berbahan benang sutera atau benang katun berwarna yang di padu dengan benang berwarna emas atau perak.

Pada saat Kesultanan Siak memindahkan pusat pemerintahan dan ibu kota kerajaan dari mempura (Siak) ke Kampung Bukit  Senapelan (Pekanbaru) di sini lah lahir pula kain tenun songket Pekanbaru yang tak lain menurut sejarah seni dan budaya Melayu di Pekanbaru, kain tenun songket Pekanbaru adalah turunan dari jenis kain songket Melayu Siak, Sehinga coraknya pun tidak jauh berbeda.
dan bermula dari kawasan yang berada di tepian sungai Siak Itulah bermula Negeri yang bernama Pekanbaru saat ini.

Adapun yang menggagas Kain Songket Pekanbaru ini adalah “Puan Gemilang Songket Negeri” Hj Evi Meiroza Herman. Berkat Apresiasi dan Motivasi serta kerja keras beliau dalam memajukan kain Tenun Songket Pekanbaru beliau mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI)

MURI menilai kain songket dapat menjadi Inspirasi Inovatif  Dunia dan pada tahun 2005 MURI memberikan penghargaan kepada Kain Tenun Songket Pekanbaru sebagai kain songket terpanjang di Indonesia. Selanjutnya 2008 MURI  kembali memberikan penghargaan dengan kain songket sepanjang 45 meter. Dan dirinya mendapat Penghargaan Upakarti Jasa Pengabdian dari Kementrian Kebudayaan Indonesia pada akhir 2009 lalu.

Motif kain songket yang yang sangat populer sampai saat ini adalah motif Siku Keluang. yang memiliki arti kepribadian yang memiliki sikap tanggung jawab yang selalu diidamkan oleh Masyarakat Melayu Riau.

Selain kain songket Siak dan Pekanbaru ternyata sejak puluhan tahun yang lalu Indragiri sudah memiliki kain Songket. 

Pada awalnya kain tenun Indragiri ini  dibawa oleh orang-orang  dagang yang menetap di Indragiri yang berpusat di Kota Rengat. Masyarakat pendatang ini oleh kerajaan Indragiri melalui Tenun Muda Indragiri, diberi suatu daerah untuk bermukiman sampai saat ini. Daerah tersebut dikenal dengan nama Kampung Dagang. Dari daerah inilah awal mula berkembang kain tenun tenun Indragiri, dengan bahan baku berasal dari benang sutera.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Indragiri terkenal sebagai penghasil karet yang diperjualbelikan sampai ke Singapura oleh pedagang dari Cina di Kota Rengat. 

Dan selanjutnya oleh orang  Cina inilah tenun indragiri diperdagangkan dengan cara titip beli. Lama kelamaan karena kesulitan dalam mendapatkan benang sutera, maka bahan baku diganti dengan katun yang dipadukan dengan benang emas.

Sama seperti di Siak dahulu, alat tenun yang digunakan adalah Tumpu, Kik dan ATBM, Bertenun dengan menggunakan Kik, sama halnya dengan tenun Siak, akan memakan waktu hampir satu bulan untuk menyelesaikan satu helai kain. 

Bertenun ini juga dilakukan oleh para wanita yang pada mulanya adalah untuk keperluan sendiri, kemudian berkembang menjadi usaha rumah tangga. Pada masa tertentu perkembangan tenun songket di Indragiri ini sempat hilang, Pada tahun 1992 pemerintah Kabupaten Indragiri mulai mengkaji dan menumbuhkan kembali kiprah songket Khas Indragiri ini.

Di Kabupaten Indragiri Hilir tepatnya di Kecamatan Khairiah Mandah, masyarakat Melayu di sini masih tetap menggunakan  alat tenun tumpu dalam pengolahannya. Bedanya motif-motif yang dipakai tidak menggunakan benang emas seperti yang ada di Siak dan Pekanbaru. 

Tenun ini banyak memiliki kesamaan dengan tenun Bugis Sulawesi Selatan. Kerajinan tenun songket di daerah Indragiri Hilir juga dikembangkan oleh masyarakat pendatang dari Sulawesi Selatan sehingga ada dua corak songket di daerah Indragiri ini, yaitu yang bercorak Melayu Indragiri dan yang bercorak Bugis (suku bugis) masyaraka dari Sulawesi yang merantau ke Negeri Seribu Parit Indragiri Hilir. Keterampilan bertenun yang telah mereka miliki di daerah asalnya mereka kembangkan di tempat yang baru.

Demikianlah kilas perjalanan perkembangan kain songket Melayu Riau yang saya sampaikan di artikel ini,Terima kasih dan semoga bermanfaat.

0 Response to "Asal Mula Lahir dan Berkembangnya Kain Tenun Sogket Khas Melayu Riau"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel